Sabtu, 14 Januari 2023

Bank Sampah : Sebuah Kesadaran dan Kepedulian Tentang Lingkungan Hidup

Persiapan Pengiriman ke Bank Sampah RW 027



Manusia dalam kehidupan sehari-hari tak luput hubungannya dengan sampah. Sadar atau tidak, kita setiap hari menghasilkan sampah, baik organik maupun anorganik. Lalu apa pengertian sampah itu?  Mengutip pendapat dari Panji Nugroho dalam bukunya Panduan Membuat Kompos Cair terbitan 2013, Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar.

Sampah jika ditinjau dari sifatnya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, buah-buahan dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah menjadi pupuk  kompos. Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik , kaca, kertas, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijual untuk dijadikan produk lainnya. 

Berdasarkan data dari SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan komposisi jenis sampah terbesar adalah sisa makanan yaitu sebesar 42,1% diikuti oleh plastik, kayu/ranting/daun (17,7%) dan kertas (14,7%) . Sementara berdasarkan sumbernya sampah terbanyak berasal dari sampah 42,9%.  Melihat hal tersebut sudah selaykanya kita mulai memikirkan bagaimana pengelolaan sampah di lingkungan tempat tinggal kita. 

RW 027 sebagai sebuah komplek perumahan di Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara menyadari potensi dari sampah yang dihasilkan oleh warganya.  Salah satunya adalah dengan mendirikan bank sampah.  Dengan mengajak seluruh warga di 9 RT, kegiatan bank sampah kemudian tumbuh dan menjelma menjadi salah satu pengelolaan sampah anorganik di lingkungan RW. Setiap hari Sabtu minggu pertama dan ke empat dilakukan penimbangan sampah tersebut. Selain sampah terkelola dengan baik,  bank sampah ternyata menghasilkan rupiah dari setiap sampah yang terkumpul. 

Tidak mudah mendirikan bank sampah. Tantangannya adalah sulitnya mengajak warga untuk menjadi nasabah. Mereka cenderung membuang begitu saja karena tidak perlu repot-repot mengumpulkan sampah. Berbagai alasan dikemukakan, antara lain tidak punya waktu, tidak punya tempat untuk menampung, tidak sempat  dan terakhir malas berurusan dengan sampah.  

Godaan lain adalah tukang rongsok atau tukang barang bekas yang keliling, mereka menawarkan kemudahan yaitu membeli langsung tanpa perlu kita menampung sampah tersebut.  Walau pun mereka barter dengan peralatan rumah tangga seperti gelas, piring, mangkuk dan lain sebagainya.

Alhamdulillah di RT 009, kepedulian warga terhadap pengelolaan sampah anorganik cukup bagus. Terbukti setiap dua minggu mereka menyetorkan ke bank sampah di RW yang kemudian langsung dihitung oleh pengepul untuk dicatat hasil tabungan sampahnya.  Aktivitas ini memang belum lama mulai, akibat selama dua tahun kemarin kegiatan bank sampah terhenti total.

Uang hasil penjualan melalui bank sampah dikelola oleh pengurus untuk digunakan bagi keperluan RT 009. Misalkan untuk modal dalam perayaan Agustusan.  Atau membeli baju seragam senam. Wah bagus kan. Hal lain yang tak kalah berharganya adalah terbangunlah kesadaran kolektif akan masalah pengelolaan sampah sehingga sampah tersebut tidak menimbulkan masalah. Terlebih lagi adanya  sikap kegotongroyongan yang timbul. Ibu-ibu mengumpulkan dan membersihkan sampahnya. Bapak-bapak mengangkut sampah ke tempat penimbangan. Guyub rukun alias keharmonisan tercipta dari sana.

Antri untuk ditimbang dan dicatat



Namun masih sangat disayangkan, kegiatan bank sampah ini masih sebatas mengumpulkan dan menjualnya ke bank sampah.  Akan lebih keren jika adanya pengolahan sampah anorganik tersebut misalnya dibuat kerajinan tangan. Tentu nilai ekonominya kan bertambah kan. 

Marilah kita kelola sampah rumah tangga kita dengan baik sehingga selain lingkungan menjadi rapi, bersih, ternyata ada nilai komersilnya.  Yuk tumbuh kembangkan kesadaran bersama tentang penting mengelola sampah dengan baik. 

Jika lingkungan bersih dan rapi tentu kita akan nyaman bertempat tinggal di sana.  Salam alam lestari.

Tabik





 

10 komentar:

  1. Tulisan yang menarik dari kategori nonfiksi.Apakah bisa disebut opini? Yang jelas anda sudah menulis hari ini..is the Best.. lanjut pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bun... salam sukses juga untuk Anda

      Hapus
  2. Ide bagus infiratif andai ditiap daerah seperti ini lingkungan jadi bersih mudah-mudahan banyak daerah yang mengikuti jejak seperti ini aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Pak Saepul... Semoga harapan Bapak dan saya juga terkabul ya Pak

      Hapus
  3. Terima kasih Bu Ina... salam sehat untuk Anda

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan

Dari Penulis Menjadi Penerbit

  Judul                 :     Usaha Penerbitan Buku Resume ke       :      30 Gelombang       :      28 Tanggal            :      17 M...