Persiapan Pengiriman ke Bank Sampah RW 027 |
Sampah jika ditinjau dari sifatnya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, buah-buahan dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah menjadi pupuk kompos. Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik , kaca, kertas, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijual untuk dijadikan produk lainnya.
Berdasarkan data dari SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan komposisi jenis sampah terbesar adalah sisa makanan yaitu sebesar 42,1% diikuti oleh plastik, kayu/ranting/daun (17,7%) dan kertas (14,7%) . Sementara berdasarkan sumbernya sampah terbanyak berasal dari sampah 42,9%. Melihat hal tersebut sudah selaykanya kita mulai memikirkan bagaimana pengelolaan sampah di lingkungan tempat tinggal kita.
RW 027 sebagai sebuah komplek perumahan di Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara menyadari potensi dari sampah yang dihasilkan oleh warganya. Salah satunya adalah dengan mendirikan bank sampah. Dengan mengajak seluruh warga di 9 RT, kegiatan bank sampah kemudian tumbuh dan menjelma menjadi salah satu pengelolaan sampah anorganik di lingkungan RW. Setiap hari Sabtu minggu pertama dan ke empat dilakukan penimbangan sampah tersebut. Selain sampah terkelola dengan baik, bank sampah ternyata menghasilkan rupiah dari setiap sampah yang terkumpul.
Tidak mudah mendirikan bank sampah. Tantangannya adalah sulitnya mengajak warga untuk menjadi nasabah. Mereka cenderung membuang begitu saja karena tidak perlu repot-repot mengumpulkan sampah. Berbagai alasan dikemukakan, antara lain tidak punya waktu, tidak punya tempat untuk menampung, tidak sempat dan terakhir malas berurusan dengan sampah.
Godaan lain adalah tukang rongsok atau tukang barang bekas yang keliling, mereka menawarkan kemudahan yaitu membeli langsung tanpa perlu kita menampung sampah tersebut. Walau pun mereka barter dengan peralatan rumah tangga seperti gelas, piring, mangkuk dan lain sebagainya.
Alhamdulillah di RT 009, kepedulian warga terhadap pengelolaan sampah anorganik cukup bagus. Terbukti setiap dua minggu mereka menyetorkan ke bank sampah di RW yang kemudian langsung dihitung oleh pengepul untuk dicatat hasil tabungan sampahnya. Aktivitas ini memang belum lama mulai, akibat selama dua tahun kemarin kegiatan bank sampah terhenti total.
Uang hasil penjualan melalui bank sampah dikelola oleh pengurus untuk digunakan bagi keperluan RT 009. Misalkan untuk modal dalam perayaan Agustusan. Atau membeli baju seragam senam. Wah bagus kan. Hal lain yang tak kalah berharganya adalah terbangunlah kesadaran kolektif akan masalah pengelolaan sampah sehingga sampah tersebut tidak menimbulkan masalah. Terlebih lagi adanya sikap kegotongroyongan yang timbul. Ibu-ibu mengumpulkan dan membersihkan sampahnya. Bapak-bapak mengangkut sampah ke tempat penimbangan. Guyub rukun alias keharmonisan tercipta dari sana.
Antri untuk ditimbang dan dicatat |
Tulisan yang menarik dari kategori nonfiksi.Apakah bisa disebut opini? Yang jelas anda sudah menulis hari ini..is the Best.. lanjut pak
BalasHapusTerima kasih Bun... salam sukses juga untuk Anda
HapusInspiratif
BalasHapusTerima kasih Pak Hilman
Hapusmanfaat
BalasHapusTerima kasih Bun
HapusIde bagus infiratif andai ditiap daerah seperti ini lingkungan jadi bersih mudah-mudahan banyak daerah yang mengikuti jejak seperti ini aamiin
BalasHapusTerima kasih Pak Saepul... Semoga harapan Bapak dan saya juga terkabul ya Pak
HapusMantap Pa. Semoga sehat selalu
BalasHapusTerima kasih Bu Ina... salam sehat untuk Anda
BalasHapus