Senin, 30 Januari 2023

Menulis Fiksi... Hmmm





Judul                 :     Menulis Fiksi...Hmmm

Resume ke        :      10

Gelombang       :      28

Tanggal             :      30 Januari 2023

Tema                 :      Kiat Menulis Cerita Fiksi

Narasumber      :      Sudomo, S.Pt

Moderator         :      Bambang Purwanto, S.Kom. Gr

 

Suara sayup-sayup musik di suatu acara televisi mengiringi saya membuka sebuah kotak tipis berwarna hitam. Terdapat guratan di sisi kanan bawah sebagai pertanda dia berbeda dengan yang kotak yang lain. Sebuah identitas diri agar mudah dikenali. Perlahan kubuka kotak itu dan menekan salah satu tombol untuk menuju dunia yang tak pernah kuduga  sebelumnya. Kutarik kursi merahku agar aku dapat duduk nyaman untuk menyimak sabda dua pujangga yang mashur dari Kerajaan Belajar Menulis Nusantara.

Tak terasa malam ini adalah sepertiga perjalanan panjang menuju singgasana seorang pujangga yang bermahkota. Sebuah pengembaraan di alam penulisan yang membawaku ke dunia baru. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 7, dan gelap pun mulai menyelimuti malam, berangsut aku menjelajahi dunia maya melalui whatsapp grup Kerajaan Belajar Menulis Nusantara. Suatu kerajaan yang di bawah duli tuan maha raja Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd.  Walau tak bersimpuh, tetapi ku menundukkan diri sambil membuka cakrawala pengetahuanku agar bertambah luas.

Terasa kaku yang bahasanya. Dan pemilihan diksi yang kurang pas, bahkan penokohan, alur pun tak ku kuasai. Apa itu premis?  Kisahku ini mirip Bu Ayu seorang tokoh nyata dalam ceritanya Pak Sudomo. Aku tidak pernah menulis sebuah cerita fiksi.

Suara khas dari ponsel mulai bertambah riuh, sebuah pertanda bahwa sang pujangga kita yaitu Pujangga Utama  Sudomo, S.Pt dan Pujangga Pemandu Bambang Purwanto, S.Kom, Gr sudah membeberkan ilmunya. Sebagai seorang yang sedang nyantrik di padepokan ke dua Pujangga  saya pun larut dalam pamulangan. 

Konon dikisahkan bahwa pujangga utama adalah bungsu dari enam bersaudara dari seorang pedagang jamu gendong.  Mengawali pengabdiannya sebagai guru jauh dari tanah kelahirannya di Sukoharjo, Jawa Tengah yaitu di Pulau Lombok. Dari seorang guru honor hingga menjadi guru di SMP Negeri 3 Lingsar. Pahit getir kehidupan pun telah dialami pujangga kita, bahkan saat hari lahir pun desanya kebanjiran. Sempat akan diberi nama Banjir, sebagai tanda pengingat musibah tersebut, namun urung dan menjadi Gunarso. Itu pun kemudian diganti Sudomo karena sering sakit-sakitan. Tradisi Jawa yang sangat kental sampai sekarang. 

Selanjutnya Pak Sudomo atau Mazmo, yang sering merasa terbebani sekaligus bangga karena namanya mirip Pangkokamtib yaitu Jenderal Sudomo, memberikan rahasia menulis fiksinya dengan menggunakan akrostik kata MERDEKA. Para cantrik pun menyimak pembabaran ilmu Sang Pujangga ini.  Beliau pun kemudian menjelaskan apa itu MERDEKA.  Sambil sesekali menjawab pertanyaan dari para cantriknya yang sangat antusias menunggu ilmunya untuk diserap.

Mulai dari diri sendiri

Mazmo adalah julukan pujangga kita mengajarkan agar para cantrik memulai dengan niat kuat untuk menulis fiksi, menentukan tujuan menulis fiksi.

Eksplorasi Konsep.

“Dalam alur ini, kalian harus bisa menjawab alasan mengapa harus menulis cerita fiksi, syarat bisa menulis cerita fiksi, bentuk-bentuk cerita fiksi, unsur-unsur pembangun cerita fiksi, dan tips menulia cerita fiksi”, begitu penjelasan Sang Pujangga. “ Ada fiksi mini yaitu fiksi singkat yang hanya terdiri dari beberapa kata saja, flash fiction yaitu cerita kilat dengan kekhususan jumlah kata. Biasanya mengandung plot twist”. “Terakhir ya, premis yaitu ringkasan cerita dalam satu kalimat.

Selanjutnya beliau menurunkan ilmu kesaktiannya yaitu tentang outline:

- Kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi

- Menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi kita

- Membuat premis sesuai tema

- Menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya

- Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik

- Menentukan latar/setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detail

- Memilih sudut pandang penceritaan yang unik

Ruang Kolaborasi

Pujangga kita menginginkan para cantriknya uuntuk kerja sama dengan menyambung tulisan beliau.  Perlahan suara-suara itu menghilang. Dalam gulita aku menggigil sendirian. Mendadak bulu kudukku meremang. Terdengar suara di kejauhan. Semakin lama kian mendekat. Sesosok hitam pekat bergerak nanar. Compang – camping bajunya terbang tertiup Sang Bayu. Bau tidak sedap menebar memenuhi ruang kecil dan pengap ini. Sorot matanya tajam seakan hendak menguliti diriku dari ujung kaki hingga ujung kepala. 

Itulah sambungan yang saya buat, semoga Sang Pujangga tidak melempar jauh ke keranjang keramat yang bernama recycle bin. Pedih dan pilu jika itu terjadi.

Demonstrasi Kontekstual

Guru yang ahli dalam menulis fiksi ini melanjutkan dengan meminta muridnya menuliskan 5 tema yang paling para cantrik kuasai.  Terlintas dalam pikiran tema yang cantrik sukai yaitu detektif, petualangan, heroik, fiksi ilmiah, dan romantis.

Elaborasi Pemahaman

Pada tahap ini para cantrik diminta untuk membuat pertanyaan kepada beliau.  Sebagai cantrik yang sama sekali nol alias kosong blong tidak mampu membuat pertanyaan.

Koneksi Antarmateri.

“Nah, ini yang akan kalian kerjakan dalam tahap ini”, kata beliau. Para cantrik semua, butalah kesimpulan dari pembabaran ilmu tadi.  Lakukan dalam resume yang kalian setorkan ke Panitia”, pinta beliau sambil jarinya memainkan keypad menjawab pertanyaan para cantrik di padepokan ini.

Aksi Nyata

“Para cantrikku, kalian nanti buat resumenya ya, bebas”, perintah beliau sambil menutup kitab pawiyatan kali ini.  Kami pun dengan sigap dan tanggap mulai membuat tugas beliau.  Sejenak merenung untuk mencari diksi yang tepat, kami pun menarikan jemari di atas keypad untuk menuliskan kesimpulan sesi malam ini.  Dalam membuat cerita fiksi pun diperlukan riset agar alur ceritanya menarik, mampu menghadirkan suasana cerita kepada pembaca, dan yang penting adalah mempunyai komitmen dan niat yang kuat untuk menulis fiksi. Dibutuhkan kesabaran dalam menyusun cerita fiksi, terutama bagi saya yang sama sekali tidak pernah menulis sebuah kisah fiksi serta belajar dan belajar terus. 


Rabu, 25 Januari 2023

Menulis Di Blog Itu Banyak Plus- Plusnya

 


Judul                 :      Menulis Di Blog Itu Banyak Plus- Plusnya

Resume ke        :      8

Gelombang       :      28

Tanggal             :      25 Januari 2023

Tema                 :      Mengatasi Writer’s Block

Narasumber      :      Drs. Dedi Dwitagama, M.Si

Moderator         :      Sigid PN, SH

 

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Rahayu. Selamat Sejahtera bagi kita semua.

Ada yang berbeda dengan pertemuan KMBN angkatan 28 sesi 8 ini.  Jika biasanya hadir melalui WA Grup sekarang menyapa melalui zoom.  Pemateri kali ini adalah seorang yang mempunyai atribut luar biasa panjang, antara lain Learning, Training, Motivating, Inspiring, Empowering People. Sementara prestasinya antara lain Juara 1 Guraru Award-Guru Era Baru Award Indonesia Acer, Jakarta. Untuk lebih mengenal lebih dekat silakan klik https://trainerkita.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com , http://dedidwitagama.wordpress.com , atau kontak beliau di nomor 08128534836. 



Mengawali sesi kali ini, Dr. Dedi meminta peserta untuk mencari profil beliau di google.  Awalnya saya berpikir kenapa sih tidak menyebutkan saja di sesi perkenalan saja, atau tampilkan saja di paparan. Tetapi ternyata kegiatan ini punya tujuan. Beliau lalu memberi ilustrasi singkat tapi mengena.

Berdasarkan pengalaman beliau ketika tokoh  yang punya gelar doktor bahkan profesor, namun ketika kita cari di mesin pencarian (googling) ternyata tidak ada satu jejak digital dari tokoh tersebut.  Beliau membandingkan dengan mudahnya kita ketika mencari kata kunci sendal jepit di googling.  Jeder, ternyata tembakan narasumber ini kena di sasaran tembaknya.  Beliau berhasil membuka lagi pengingnya menulis di blog. Terserah mau di domain blog apa saja. Mau berbayar atau yang gratis. Tetapi beliau berpendapat lebih baik ke wordpress, dengan pertimbangan menghindari jika domain yang kita pakai ternyata bangkrut atau tutup.

Menulis di blog mempunyai keuntungan yaitu mudah diakses dari laptop bahkan HP, waktunya  bebas kapan saja, tidak terikat dengan ruang dan waktu. Bandingkan dengan buku yang harus dibawa apalagi kalau bukunya tebal, bahkan kadang tidak laku dan masih terbungkus rapi di toko buku.  

Dari ilustrasi tersebut, Pak Dedi mendorong peserta untuk aktif dan produktif di blog.  Tidak peduli topiknya apa saja dan tidak harus panjang-panjang.  Topik tidak harus up to date karena bisa jadi suatu saat topik yang kita tulis menjadi trending.  Hemmm, ini kembali menyuntik peserta pemula seperti saya untuk kembali bergelut menulis di blog.  Beliau menambahkan suplemen menulis dengan memberikan sebuah hadist Nabi Muhammad  SAW yaitu sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.

Bagaimana untuk bisa produktif menulis di blog, beliau sarankan adalah ikut komunitas dan fokus. Dan tidak salah ketika kita masuk ke komunitas KBMN ini.



Sesuai saran beliau, maka ambil intisarinya tidak perlu panjang, namun yang penting di publish. Di akhir sesi yang mundur sampai pukul 21.40 WIB, terpilih dua penanya yang beruntung mendapatkan kaos n yitu Ibu Sri Rejeki  Kiki dari Sedayu Jogjakarta dan uang tunai yaitu Ibu  Rinrin dan Bandung.

Kesan sesi kali ini sangat menarik, penyajian santia tapi mengena, lebih interaktif dibanding WA, dan tentu lebih hidup suasananya.  Terima kasih untuk Dr Dedi Dwitagama, M. Si dan Pak Sigid PN yang telah membawakan sesi ini menjadi lebih menarik.

Tabik

 

 

 


Senin, 23 Januari 2023

Resep Cantik Mengatasi Writer's Block

 

Flyer ke 7 KBMN Angkatan 28

Judul                 :     Resep Cantik Untuk Mengatasi Writer's Block

2

Resume ke        :      7

Gelombang       :      28

Tanggal             :      23 Januari 2023

Tema                 :      Mengatasi Writer’s Block

Narasumber      :      Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr

Moderator         :      Raliyanti, S.Sos, M. Pd

 

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Rahayu. Selamat Sejahtera bagi kita semua.

Aktivitas long weekend kali ini terasa berbeda. Di mana perbedaannya? Jika sebelumnya diisi dengan aktivitas kumpul bersama keluarga, baik itu di dalam kota maupun di luar kota, kali ini diisi dengan menyimak kelas menulis bersama KBMN angkatan 28.  Pertemuan kali ini adalah yang ke-7  dari 30 pertemuan yang direncanakan.  Belum sepertiga tahapan yang harus dilalui. Semangat.

Kejenuhan ketika mengikuti tiap sesi pun mulai menggelayuti pikiran dan semangat penulis. Namun melihat flyer yang dibagikan di WAG, ada dorongan yang kuat untuk menyimaknya. Apalagi materinya adalah Mengatasi Writer's Block dan satu lagi yang membuat saya tergelitik untuk mengulik sesi ini. Tidak lain tidak bukan adalah wajah muda berseri dan penuh prestasi yaitu Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. Beliau adalah alumi KBMN angkatan 7.  Ada rasa malu dalam diri, karena narasumber kali ini masih sangat muda, namun karya, aktivitas, dan prestasinya cukup banyak.  Sementara saya di usia yang sudah lebih dari setengah abad, satu karya pun belum terbit.

Sesi kali ini dibuka dengan penguatan dari Omjay kepada seluruh peserta untuk tetap membaca dan fokus mengikuti kegiatan ini. Kemudian moderator sesi kali ini yaitu Bu Raliyanti membuka secara resmi dengan mengajak berdoa dan menyampaikan susunan acara pada malam ini. Dalam sesi perkenalannya ternyata moderator kita ini juga sudah berhasil menerbitkan buku solo yaitu “Wujudkan Mimpi Terbitkan Buku" dan "Guru di Era Digital".  Ditambah lagi dengan buku antologi sebanyak 17 buah.  Wah, pantas beliau masuk Tim Solid Omjay.



Kali ini izinkan saya memanggil narasumber kita dengan Teh Ditta, menyapa peserta dengan santun dilanjutkan perkenalan diri.  Ada pun profil lengkap beliau dapat disimak pada link : https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1.  

Kebiasaan menulis diary semasa SMP dan SMA merupakan awal keterampilan beliau menulis.  Sebuah kebiasaan yang menurut beberapa psikolog dapat menjadi salah satu cara mengatasi depresi. Kali ini penulis sangat setuju dengan pendapat ini. Karena terbiasa menulis, maka ketika kuliah beliau membuat buku Petualangan Kimia bersama rekannya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan. Alhamdulillah meraih posisi kedua.

Pada saat yang sama beliau menulis proposal bersama teman-teman dan kami berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dirjen Dikti hingga 40 juta. Di tahun 2009-2010 jumlah tersebut tentu sangat besar. Wah sebuah bukti bahwa menulis itu besar manfaatnya. Manfaat lain yang beliau sampaikan adalah dengan kemampuan menulis esai sehingga lolos seleksi sebagai Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3.  Jika boleh dirangkum dan disimpulkan adalah menulis baik dengan tujuan hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya sangat banyak manfaatnya.

Sebelum mengupas tuntas tentang writer’s block, narasumber ingin menyamakan persepsi peserta kali ini tentang menulis.  Menurut beliau, menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yang tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, technical writer, hingga UX writer, dll.



Dari semua jenis penulis, ternyata mereka juga mengalami writer’s block, sebuah istilah yang digunakan pertama kali oleh Edmund Bergler seorang psikoanalisa Amerika Serikat pada tahun 1940an. Sedangkan makna dari writer’s block, yaitu kondisi di mana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Sebuah kondisi yang sering tidak disadari, karena menyerangnya tidak mengenal waktu.

Adapun penyebabnya antara lain:

1. mencoba metode/topik baru dalam menulis 
2. stress yaitu ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik
3. lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress
4. terlalu perfeksionis

Sedangkan cara mengatasinya yaitu :

1. mencoba hal baru dalam menulis
2. rehat dengan melakukan refreshing
3. membaca buku yang ringan
4. sedangkan cara mengatasi perfeksionis adalah dengan menulis bebas atau free writing

Mengutip penyataan beliau di pesan WAG “Nah, jadi siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masih banyak kekhawatiran lainnya”, penulis justeru merasakan yang pernyataan yang pertama.  Saya jadi berhenti dan malas untuk menulis.

Walau pun menulis setiap hari, tetapi hanya saya simpan  saja sebagai draft tidak saya publikasikan. Timbul pertanyaan dalam hati apa yang salah ya dengan tulisan saya?  Pertanyaan ini pernah saya lontarkan kepada Bu Aam pada pertemuan sesi ketiga. Dan dijawab beliau supaya saya blog walking dan memberikan komentar.  Tips tersebut saya lakukan tetapi hasilnya tetap tidak bertambah, justeru grafik pembacanya malah menurun. Jadi deh malas menulis lagi.

Dalam sesi ini pun saya masih ajukan pertanyaan yang sama, kepada Teh Ditta. Sebelum menjawab pertanyaan saya,beliau juga ternyata pernah pada posisi yang sama dengan saya.  Untuk sekelas narasumber saja pernah mengalaminya apalagi saya. Namun beliau kemudian menjawab dengan mengembalikan apa niat dan tujuan saya dalam menulis.  Ya, inilah yang kemudian membuka pikiran saya dan niat saya untuk kembali menulis dan mempublikasikannya. 

Ada yang beda dalam sesi tanya jawab kali ini.  Teh Ditta menjawab dengan bukti yang valid, juga dengan menekankan pada inti dari jawabannya dengan menuliskan secara tebal (bold).  Jadi enak dan mudah mencerna jawaban yang mencerahkan.  Sangat komunikatif dan solutif jawabannya. Contohnya ketika menjawab pertanyaan dari Bu Mugiarni Tangerang  tentang  Bagaimana cara memulai untuk memperkenalkan budaya digital pada anak SD? 

Jawaban beliau adalah dengan menampilkan tulisan beliau pada link https://www.kompasiana.com/amp/ditta13718/62f536faa51c6f7f06629172/literasi-digital-kemkominfo-bagian-1-literasi-dan-budaya-digital yang merupakan tulisan ketika beliau mengikuti Literasi Digital Sektor Pemerintahan Daerah Jawa Barat Tahun 2022 (BPSDM) Batch 5 Bertema Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Pemberdayaan Kapasitas Teknologi Digital Kementerian Kominfo.

Satu lagi contohnya  yaitu ketika menjawab pertanyaan dari Bu Umatun Nur Islamiuato dari Magelang yaitu “Bagaimana trik trik biar bisa menulis yang bermutu?”   Jawaban beliau adalah Untuk tipsnya "practice makes perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis. Misal jika Bunda senang menulis puisi, maka mari membaca karya karya sastrawan terkemuka. Bila senang cerpen, mari perbanyak baca cerpen yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer. Lain halnya jika ingin menulis karya ilmiah, ya mesti mau membaca jurnal.  


Di akhir sesi Teh Ditta memberikan closing statement dengan memberikan pepatah "It doesn't matter how brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be zero." Mari, tuangkan dan sampaikan ide ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita agar menjadi lebih bermakna.

Demikian resume sesi kali ini. Secara umum narasumber berhasil menghipnotis peserta dengan pemaparan yang sistematis, komunikatif sekaligus solutif.  Tak kalah juga dengan Bu Rali selaku moderator yang mampu mengatur dan mengarahkan agar sesi ini berjalan lancar dan enak diikuti. Sebuah penutup aktivitas di long week end yang sangat menyenangkan. Terima kasih Tim KBMN angkatan 28 ini. Semoga keberkahan selalu menyertai Bapak Ibu yang tergabung dalam tim tersebut. Aamiin YRA


Tabik



Jumat, 20 Januari 2023

Eksekusi Mimpi Jangan Sekedar Teori

 


Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Rahayu. Selamat Sejahtera bagi kita semua.

Pertemuan ke 6 Kelas Belajar Menulis Nusantara Angkatan 28 yang diselenggarakan oleh Persatuaan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) bertemakan Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu. Sebuah tema yang begitu menarik karena dipastikan muncul sebuah tantangan dalam menulis buku. 

Moderator kita kali ini , Bu Aam menampilkan hasil karyanya yang merupakan kolaborasi apik dengan Prof. Richardus Eko Indrajit  atau yang akrab dispa Prof. Ekoji.  Sebuah umpan pada kail yang diharapkan  "dimakan" sehingga mampu memunculkan  penulis baru dari KBMN 28 ini.

Buku Karya Bu Aam dan Prof Ekoji


Sebagai penulis pemula yang bermodalkan ikut-ikutan, belum pernah menulis dalam bentuk apapun dan diterbitkan  oleh media apapun  selain resume KBMN ini tentu terasa sebagai sebuah pekerjaan maha berat. Apalagi seperti saya yang baru memulai aktivitas menulis di usia  lebih dari separuh abad, merupakan beban yang sangat berat. 

Menilik catatan dari Prof Ekoji yang gemar menulis sejak SD dengan tujuan ingin membagi ide, pemikiran, gagasan, dan cerita kepada orang lain tampak sudah menghasilkan 121 buku mayor dan 623 artikel baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.  Sebuah catatan prestasi menulis yang luar biasa. Di sini nyali kita tertantang apakah kita bisa melakukan hal tersebut sementara kebiasaan menulis kita baru tumbuh, itu pun dalam kondisi “terpaksa”.

Sekalipun kegemaran menulis beliau sejak SD, namun ternyata tulisan beliau baru diterbitkan di majalah saat SMP. Inspirasi dalam menulis buku beliau dapatkan dari menonton televisi dan membaca buku. Tampaknya ini sejalan dengan pendapat Omjay dulu yaitu barangsiapa rabun membaca maka akan buta menulis.

Ada yang menarik dalam penyajian materi kali ini. Ternyata Prof. Ekoji ini orang yang sistematis sekali. Terbukti dari penomoran dari pesan WA yang beliau bagikan  di grup sehingga kesan serius dalam persiapan ketika akan menjadi narasumber.

Selanjutnya beliau membagikan kisahnya ketika pertama kali menerbitkan buku. Buku Mayor pertama yang terbit adalah di tahun 2000, yaitu dua tahun setelah krisis dan reformasi.  Sepuluh buku pertama saya isinya adalah bunga rampai. Setiap buku terdiri dari 50 artikel. Setiap artikel berisi ringkasan SATU TOPIK yang sedang menjadi trend pada saat itu.

Mengutip pendapat Prof. Ekoji bahwa beliau sendiri tidak menduga ketika begitu banyak orang yang membelinya. Sampai akhirnya jadi ketagihan menulis. Hal lain yang membuat motivasi menulis lebih besar adalah karena banyaknya SMS (dulu belum ada WA) yang masuk ke nomor HP beliau untuk mengucapkan terima kasih atas buku yang saya buat. Tentu saja hal tersebut membesarkan hati dan saya merasa hidup saya berguna untuk orang lain. Begitulah pentingnya menulis nomor handphone di setiap buku yang saya tulis. Testimoni konsumen menjadi “darah segar” untuk terus berkreasi dan berinovasi dalam menulis.

Ketika tanggal 16 Maret 2020 semua guru dan siswa harus belajar dari rumah, Prof Ekoji memutuskan untuk menjadi youtuber. Setiap hari narasumber kita ini membuat satu youtube, yang isinya hal-hal berkaitan dengan PJJ (karena sedang menjadi pembicaraan nasional).Beliau membuat youtube dengan judul aneh-aneh, seperti gamification, flipped classroom, collaborative learning, metaverse, IOT, big data, dan lain sebagainya.

Menurut saya, Prof Ekoji untuk tetap eksis dalam dunia berbaginya telah berevolusi sesuai zamannya. Kata kuncinya ternyata ikut arus dalam topik yang aktual dan dibutuhkan banyak orang. Maka di sanakita akan dicari baik tulisan maupun tontonan. Bukan sekedar menjadi penonton tetapi ikut beraksi sesuai kebutuhan yang kekinian.

Saat Oom Jay mengajak Prof Richardus Eko Indrajit  untuk mengajarkan guru-guru menulis, beliau  tergerak untuk bereksperimen. Setiap guru diminta untuk membuka youtube beliau  dengan alamat EKOJI CHANNEl, kemudian setiap guru diminta untuk menuliskan apapun yang beliau bicarakan di youtube tersebut. Setelah itu Prof . Ekoji memberikan tambahan referensi untuk memperkaya konten. Alhasil, dari 30 guru yang berniat bergabung, 19 buku diterbitkan.  Dan dari 19 buku tersebut, satu buku terpilih jadi Buku Terbaik Nasional versi Perpusnas untuk kategori PJJ.

Sekali lagi terlihat bahwa kecerdasan beliau dalam membidik segmen pasar yang akan beliau jadikan target pemasaran buku terlihat.   Kreativitas dan inovasi sangat dibutuhkan untuk mampu menangkap tantangan Zaman.

Berkat bimbingan dan kolaborasi dengan beliau, tercatat sudah lebih dari 60 buku guru-guru hebat yang berhasil diterbitkan oleh Penerbit ANDI.| Nah pada kesempatan baik ini, beliau ingin mengajak guru-guru yang tertarik untuk menjadi penulis buku mayor yang diterbitkan untuk mendaftarkan diri. Namun kali ini agak berbeda modelnya. Saya akan kasih SEBUAH TEMA, kemudian dengan bimbingan beliau  dan bu Aam anda mendalami tema tersebut sehingga menjadi buku.

Tema yang akan  narasumber  bagikan ke pada peserta yang niat dan serius dalam menulis. Kali ini beliau menargetkan buku-buku sudah masuk ke penerbit  untuk dikurasi SEBELUM Idul Fitri. Wah, sebuah proyek yang ambisius bagi para penulis pemula seperti saya, tetapi mungkin ini yang diharapka Prof Ekoji agar penulis pemula tidak terlalau banayka bermain di teori tanpa melakukan aksi.  Jadi ingat mantra sakti Bu Widya “Karena satu ons tindakan nyata lebih berharga dari satu ton niatan”

 Saran yang beliau tularkan adalan tidak perlu berfikir panjang-panjang dulu. Mulai dari satu hal yang sederhana. Jangan menuliskan sesuatu yang kita tidak mengerti dan tidak ada sumber referensinya. Prof Ekoji senang mengajak rekan-rekan guru untuk BERJALAN BERSAMA, bukan sekedar BERDISKUSI. Kebanyakan orang senangnya berdiskusi dan TAKUT EKSEKUSI. Kalau saya terbalik, langsung EKSEKUSI di bawah bimbingan saya, baru kita berdiskusi nanti kalau ada hambatan.

Dalam link youtube yaitu https://www.youtube.com/watch?v=17v72RUhZIY beliau memberikan tips-tips untuk memilih topik  yang layak untuk diterbitkan oleh penerbit mayor. Salah satu cara memilih topik yang aktual adalah dengan memakai aplikasi di dalam google trend . Carilah topik yang populer dan jangan kuatir dengan kemampuan editorial karena hanya bernilai 10% dalam sistem Penilaian Penerbitan. 


Kali ini Prof Ekoji dan Bu Aam telah berhasil menggugah kesadaran pentingnya berani membuat karya berupa tulisan sehingga menjadi sebuah buku yang terbit di penerbit mayor.  Sebuah penyajian yang berhasil mengobarkan semangat untuk menulis. Tinggal kembali kepada kita bagaimana menjawab semua tantangan tersebut.  Tetap berdiri di titik nyaman atau berkeringat untuk mewujudkan diri menjadi insan penulis yang berani dan berprestasi.


Tabik.


Rabu, 18 Januari 2023

Bisakah Blog Sebagai Media Pembelajaran?

 



Judul                 :      Menulis Dengan Gairah 

Resume ke        :      5

Gelombang       :      28

Tanggal             :      18 Januari 2023

Tema                 :      Blog Sebagai Media Pembelajaran

Narasumber      :      Dail Ma’ruf, M. Pd

Moderator         :      Purbaniasita KS, S. Pd

 

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Rahayu. Selamat Sejahtera bagi kita semua.

Mendengar kata media pembelajaran baru, bagi seorang guru seperti mendengar alunan musik bertempo Allegro yaitu cepat, hidup, dan riang. Mengapa demikian, karena seorang guru akan bertambah semangat lagi dalam memberikan pembelajaran dengan media yang baru.  Tentu ini memberikan tantangan dan kenikmatan yang membuat candu bagi guru. Jika guru bersemangat dengan media pembelajaran baru tentu ada hal “kebaharuan” yang akan diterima peserta didik.  Sesuatu yang baru pasti menimbulkan rasa keingintahuan yang lebih. 

Sesuai judul yaitu blog sebagai media pembelajaran, maka nara sumber menguraikan apa itu pengertian blog serta jenis-jenis.  Tak lupa   juga menampilkan kisah orang -orang yang sukses memanfaatkan blog sebagai media menulis. Di antara tokoh tersebut adalah Herman Yudiono dan Raditya Dika.  Untuk tokoh nomor satu ini saya baru mendemgarnya, sedangkan  Raditya Dika sudah saya ketahui lewat televisi utamanya dalam dunia stand up comedy dan film. 

Pak Dail mengutip pendapat Jhon Barger tahun 1998, blog berasal dari kata weblog bermakna website yang bersifat personal, yang memuat opini personal dan hal-hal lain untuk mengaktualisasikan diri dan mengabarkannya pada komunitas global.

Jenis – jenis blog yaitu blog pendidikan, blog sastra, blog pribadi, blog bertopik, blog kesehatan, blog politik, blog perjalanan, blog riset blog hukum,  blog media, blog agama, blog bisnis. Jenis-jenis blog menyesuaikan dengan tema atau isi yang dijadikan tema utamanya.

Media pembelajaran menurut Schramm  tahun 1977 diartikan sebagai sebuah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Manfaat Blog dalam pendidikan yaitu: 

  1. Sebagai rumah belajar dan berbagi. Blog ini digunakan untuk menyalurkan kreativitas dan kegemaran menulis.
  2. Meringankan tugas dan beban guru.  Isinya adalah materi pembelajaran, nilai peserta didik, dan juga tugas peserta didik
  3.  Meningkatkan minat peserta didik.  Mereka dapat melakukan blog walking sehingga KBM lebih menyenangkan
  4. Dapat diakses oleh siapa pun dari belahan dunia.
  5. Media silaturahmi

Lalu bagaimana keefektifan pemanfaatan blog terhadap keberhasilan pembelajaran peserta didik?  Pertanyaan ini dijawab dengan menyajikan hasil penelitian Pak Sartono dari Magelang, yang membuktikan adanya peningkatan nilai dari 55  menjadi 87. Lebih meyakinkan lagi dengan hasil penelitian Dokjay atau Omjay yaitu adanya peningkatan signifikan dalam prestasi peserta didik, blog dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang baik SD sampai PT, meningkatkan kemampuan menulis dan literasi siswa. 




Dari dua bukti tersebut, maka sudah tidak diragukan lagi tentang keefektifan blog sebagai media pembelajaran.   Mari kita gunakan blog sebagai alternatif media pembelajaran. 

Berikut ini contoh blog sebagai media pembelajaran:


Dalam sesi tanya jawab, pertanyaan yang paling sering ditanyakan (FAQ) adalah sebagai berikut:

  1.  Cara menjaga konsistensi menulis di blog
  2. Cara agar blog mendapat banyak kunjungan
  3. Cara membuat tulisan yang menarik
  4. Cara monetisasi blog
se  Secara umum dijawab bahwa semua membutuhkan proses untuk terus menulis, tabu untuk menilai diri sendiri, menyesuaikan dengan topik aktual seperti  contohnya sesuai musim, Se

Sedangkan yang beda adalah pemakaian blog di pesantren, karena di sana ponsel  dilarang. Disarankan dengan menggunakan laptop atau komputer.

Demikian resume kali ini, semoga mampu menjadi satu motivasi yang kuat untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan blog untuk hal yang positif khususnya sebagai media pembelajaran.

 Tabik.


Selasa, 17 Januari 2023

Ketika Kantong Doraemon Dibutuhkan

Sepanjang pagi hingga sore, saya kemarin merasakan semua berjalan seperti biasa. Tidak ada yang aneh atau pun ada kejadian menonjol. Namun berubah ketika saya sampai di rumah.  Setelah menempuh jarak sekitar 20 km dan melewati kemacetan yang biasa terjadi pada saat jam pulang kerja rasanya bahagia sudah sampai rumah berbarengan dengan kumandang suara azan maghrib.  Sengaja kupacu motor  dengan cepat agar bisa sholat maghrib di rumah.  Jangan di tiru ya😀

Seperti biasa setelah istri membuka gerbang pintu, saya parkirkan motor, lalu duduk di bangku teras sambil melepas sepatu.  Tak lupa melepas helm dan meletakkan di tempat seperti biasa.  Setelah menyimpan sepatu di rak dan helm di atasnya saya pun masuk dan membuka jaket, kemudian mengeluarkan  handphone yang ada di kantong.  Namun koq aneh, kali ini  hanya satu yang ada di jaket.  Saya masih santai, mungkin saya letakkan di meja teras. Kulangkahkan kaki ke teras dan ternyata tidak ada.  Nah detak jantung mulai meningkat nih.

Wuk..lihat HP mas Agung gak? tanyaku kepada istriku setengah gugup. " Gak Mas' , emang tadi taruh di mana?" jawab istriku yang semakin menambah kepanikan.  Akhirnya saya cari di setiap sudut rumah sambil dibantu istri. Hasilnya nihil. Panik semakin memuncak.  Waduh tidak seperti biasa HP tertinggal. baru kali ini terjadi.  Terbayang deh kecemasan yang saya rasakan. Jangan-jangan jatuh saat naik motor tadi, atau jangan-jangan diambil orang  dari ranselku. Tapi tidak mungkin lah   sebab ransel saya letakkan di depan di antara paha  saat naik motor.  

Saya memang selalu meletakkan ransel di depan saat naik motor. Hal ini karena saya pernah mengalami ransel dibuka orang saat naik motor.  Dua kali kejadian itu saya alami. Pertama di daerah kompleks Kodam Sumur Batu. Saat itu sehabis les saya pulang seperti biasa. Dan tidak merasakan keanehan. Tetapi ketika tiba di depan salah satu mal dan apartemen di daerah Cempaka Putih saya ditegur pengendara motor lain.  " Pak tasnya terbuka" katanya sambil tetap melanjutkan perjalanan. Akhirnya saya menepi dan ternyata benar  ransel dalam keadaan  terbuka, kabel charger berantakan serta buku notes dan tempat pensil sudah tidak ada di tempat semula.  Loh koq bisa , batinku. Padahal tadi saya sangat yakin sudah saya tutup rapat ritsluitingnya.  Saya naik motor juga tidak kena macet dan berjalan terus tetapi koq bisa ya tas terbuka.  

Peristiwa ke dua terjadi juga di daerah Kompleks Kodam Sumur Batu, hanya saja waktunya berbeda yaitu malam sekitar pukul 19.00.  Dan saya menyadari tas telah dibuka ketika saya naik motor kencang, tetapi ada dua pengendara motor yang mengikuti saya dengan kencang pula. Kecurigaan saya ternyata benar. jadi saat saya hendak menyalip mobil mereka memepet saya ke arah dalam sehingga saya harus berjalan pelan karena terhalang mobil di depan saya.  Rupanya modusnya seperti itu.   Jadi waspada lah ketika membawa ransel atau tas yang digendong. 

Kembali masalah ponsel yang 'hilang", akhirnya saya telepon ke teman-teman yang tinggalnya dekat sekolah. Saya kemudian memutar ulang kejadian ulang di sore itu.  Teringat ketika sedang menyetir mobil saya bolak-balik ditelepon oleh Bu RW yang juga merupakan mantan ketua komite sekolah. Beliau kebetulan baru pulang dari Pemalang untuk kondangan dan membawa sedikit oleh-oleh untuk saya yaitu manisan cerme khas Pemalang.  Setelah  selesai mengantarkan teman ke rumahnya, saya pun kembali ke sekolah. Di lapangan masih ada anak-anak yang sedang mengikuti eksul karate.  

Singkat cerita saya kemudian duduk di bangku depan sekolah sambil berbincang-bincang ringan dengan Bu RW sekaligus mengawasi anak-anak ekskul.  Saking asyiknya kami ngobrol ternyata waktu sudah menunjukkan waktu pukul 17.36. Saya pamitan ingin cepat pulang karena malamnya saya akan ikut pembelajaran ke 4 KBMN. Karena kalau pulang kemalaman saya bakal terkena macet yang lebih parah. Nah di sinilah rupanya ponsel saya ketinggalan. Teringat selama ngobrol itu ada beberapa telepon yang masuk.  Jadi ponsel saya keluarkan dari saku celana. Setelah Bu RW pulang saya  pun bergegas memacu motor saya menuju rumah.  Akibat fokus harus cepat sampai rumah itulah saya jadi terlupa akan keberadaan ponsel.

Akhirnya setelah lelah mencari ke mana- mana tidak ketemu saya mencoba menghubungi teman guru yang tinggal dekat sekolah.  Tetapi karena waktu maghrib, semua tidak ada yang mengangkat telepon.  Gelisahku semakin memuncak. Istri pun ikut panik.  Kemudian dia mencoba menghubungi ponsel takut-takut jatuh di rumah. Telepon pertama tidak ada bunyi terdengar. Waduh  ponsel pasti  hilang deh batinku . Dicoba lagi untuk yang kedua kali, kali ini teleponnya diangkat. Terdengar suara lamat-lamat penjaga sekolah menjawab  "Ya Mbak ini dengan siapa?'  Segera saya rebut ponsel istri sambil menyapa Mas Syarif.  Dia bertanya "Pak Agung di mana sekarang?"  Saya jawab "Di rumah Mas".   "Lah bukannya tadi baru duduk -duduk di depan sekolah.  Cepat amat sampai rumah", balasnya. Saya hanya senyum simpul.  Teman-teman saya di sekolah memang memberi julukan saya Valentino Sembodo.  😀

Plong sudah ...ternyata ponsel tertinggal di sekolah.  Tetapi yang menjadi masalah adalah ponsel tersebut ada grup KBMN 28 dan hari ini adalah pertemuan sesi ke 4.  Dan waktu tinggal 17 menit lagi mau dimulai.  Kegelisahan itu tetap ada.  Melihat saya yang masih tidak nyaman, istri lalu meminta saya untuk mandi dan sholat maghrib dulu supaya lebih tenang. 

Kegelisahan saya tak kunjung sirna, karena ada tugas di KBMN 28 ini. Istri pun iba melihat saya dan pasti memahami perasaan saya. Dia tahu sekali tipikal saya. Saya pasti tidak bisa tidur ketika ada tugas yang belum terselesaikan.  Rupanya istri tidak tega, dengan berat hati sambil berpesan agar saya berhati-hati, ia pun mengizinkan saya untuk kembali ke sekolah.  "Mas kan macet tidak usah buru-buru ya", jaga kesehatan jantungmu" begitu pesan istriku.  Saya pun mengiyakan saja yang penting diperbolehkan untuk  mengambil ponsel   

Dengan semangat akhirnya kembali kupacu motor gambotku.  Saya tidak sabar ketika di depan motor atau mobil berjalan pelan-pelan.  Ingin kuklakson semua mobil dan motor yang berjalan pelan agar minggir.  Tapi itu tidak kulakukan karena akan menimbulkan keributan sesama pengendara. Dan yang paling menyiksa adalah saat menunggu di lampu merah.  Saat itu teringat film hollywood yang menjadi hacker lampu lalu lintas yang bisa mengubah nyala lampu sesuka hatinya.  Ingin sekali membutuhkan jasanya saat ini.  Atau kantongnya Doraemon agar saya dapat menembus pintu waktu. 😀

Setelah meliuk-liuk di sela-sela mobil yang antri di kepadatan lalu lintas akhirnya saya sampai di sekolah. Ternyata ponsel saya  tertinggal di bangku depan sekolah dan ditemukan oleh Simpay Chaidir yang kemudian dititipkan ke Mas Syarif.   Terima kasih Simpay, semoga Allah membalas semua kebaikan Anda. Oshhhh.

Di sekolah ternyata bertemu dengan teman saya yang baru saja dimutasi yaitu Bu Dewi. Saya mohon maaf ke beliau karena saya harus buru-buru kembali ke rumah untuk mengikuti Kelas Belajar Menulis Nusantara  28 ini. dan seperti perjalanan tadi, saya pun kembali menikmati "nikmatnya kemacetan" malam itu.  Dan alhamdulilah tepat pukul 20.07 saya sampai rumah dan segera membuka pesan WA. Wah sudah ratusan pesan WA yang belum saya baca.  
 

Dengan masih menerima nasehat istri yang tetap melayani saya mengambilkan minum air putih dan kudapan seadanya , saya mulai membuka laptop di kamar sambil membuat resume ke 4 KBMN. Akibat "tragedi" tadi, semua materi yang saya baca sebagai bekal menulis di resume ini hilang berceceran di sepanjang jalan Bekasi sampai Kemayoran dan sebaliknya.   Akan tetapi dengan bekal niat yang kuat akhirnya saya pun membuat resume yang mudah-mudah berkenan di hati para nara sumber dan senior yang hebat dan teruji kemampuan menulisnya.

Ada berkah dari semua itu. Teringat ucapan Omjay.. menulislah setiap hari. Kebetulan kemarin saya tidak punya ide yang  untuk dijadikan bahan tulisan.  Dan Kejadian ini pun cocok untuk dijadikan tulisanku hari ini. Terima kasih juga ke Pak Dail yang membuat grup The Power Of Writing Every Day.  



Senin, 16 Januari 2023

Karya Ilmiah : Sebuah Bahan Baku Bagi Sebuah Buku


 

Judul                 :      Karya Ilimiah : Sebuah Bahan Baku Bagi Sebuah Buku

Resume ke        :      4

Gelombang       :      28

Tanggal             :      16 Januari 2023

Tema                 :      Menulis Buku dari Karya Ilmiah

Narasumber      :      Eko Daryono, S. Pd

Moderator         :      Nur Dwi Yanti, S. Pd

 

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Rahayu. Selamat Sejahtera bagi kita semua. Halo pembaca yang budiman semoga hari ini adalah hari menjadi sejarah terindah nantinya.

Pertemuan kali ini diwarnai kepanikan yang luar biasa.  Bagaimana tidak panik, begitu sampai rumah setelah masuk rumah, saya mengambil ponsel di saku jaket saya.  Namun koq hanya satu. Masih mencoba tenang, barangkali saya letaknya di atas meja teras. Ternyata tidak ada. Saya balik lagi ke kamar, tidak, ke depan rak televisi juga tidak ditemukan. Di sinilah kepanikan sudah tidak terbendung. Saya tanya istri juga tidak tahu. Waduh koq bisa ya, padahal HP segera mau dipakai buat mengikuti KBMN. 

Dalam hati, selain panik koq timbul pikiran yang bahan bagus untuk dijadikan tulisan. Singkat cerita ternyata Ponsel tertinggal di sekolah dan ditemukan oleh Simpay lalu diserahkan ke Pak Syarif. Tapi untuk kisah lengkapnya nanti di tulisan lain saja ya. Kini kita fokus ke tema pertemuan kali ini

Melihat tema pertemuan kali ini membangkitkan kenangan masa lalu saya dalam menulis beberapa skripsi dan penilaian tindakan kelas saya.  Saya sebut beberapa karena kebetulan saya kuliah di tiga jurusan berbeda.  Pertama di jurusan Sastra Indonesia di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, kemudian jurusan Pendidikan Geografi di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta, dan terakhir di jurusan PGSD di Universitas Muhammadiyah Jakarta.  Wah lumayan tuh bahannya, sangat bervariasi.

Terbayang dalam benak saya, inilah saatnya karya ilmiah saya bisa dipublikasikan di luar kampus. Namun skripsi saya yang pertama mungkin saya tidak mempunyai filenya, karena jaman dulu masih mengetik naskah di rental komputer. Beda dengan skripsi yang ke dua dan ke tiga. Dan ini yang menurut saya menarik, karena skripsi ke dua saya lakukan daerah Bangka Provinsi Bangka Belitung.  Saya tertarik meneliti kualitas air kolong dengan judul Studi Kualitas Air Kolong Untuk Bahan Baku Air Bersih Bagi Penduduk Desa Sungailiat Kelurahan Sungailiat Kecamatan Sungaliat Kabupaten bangka Provinsi Bangka Belitung. Saya tulis skripsi tersebut pada tahun 2009.  Terakhir skripsi saya adalah tentang Upaya Kepala Sekolah SDN Serdang 01 Pagi Dalam Melaksanakan Sekolah Ramah Anak yang saya tulis tahun 2019.

Moderator kita menyapa peserta di grup WAG dengan kutipan dari John Maxwell yaitu menggambarkan passion sebagai “the fuel for will’ atau bahan bakar untuk kemauan. Dalam artian passion mengubah “keharusan” menjadi “kemauan”. Jadi ketika kita sangat menginginkan sesuatu, kita akan menemukan tekad untuk melakukannya dan tidak akan berhenti sampai benar-benar mencapainya.

Selanjutnya Mr Yon, narasumber kali ini, adalah seorang sulung dari tiga bersaudara, lahir di Karanganyar Jawa Tengah tepatnya 20 Desember 1975.  Pria berbintang Sagitarius ini telah berkeluarga dengan tiga orang buah hatinya.  Seorang PNS di SMP Negeri Mojolaban Sukoharjo merupakan alumnus KBMN angkatan 12.

Mr. Yon menyajikan tema yang sangat menarik yaitu “Menulis Buku dari Karya Ilmiah”.  Sebuah tema yang akan membuka wawasan bagi penulis pemula.  Betapa tidak, karena beliau membukakan mata kita, para penulis pemula bahwa ada sumber inspirasi bagi terbitnya sebuah buku solo. Wow… terbelalak mata kita. Ternyata idaman setiap penulis yaitu menghasilkan sebuah buku solo bisa terwujud jika dilihat dari sudut pandang yang berdasarkan tema malam ini.

Gairah mengikuti KBMN ini makin meningkat saja. Menurut saya pemilihan tema di kelas ini sangat bagus. Dari 4 kali pertemuan selalu diberikan “kejutan” yang membahagiakan bagi penulis pemula seperti saya. Wah tampaknya sudah dijadikan kurikulum kelas menulis nih.😁

Kita pahami dulu apa itu Karya tulis ilmiah.  KTI dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah

Adapun caranya adalah melakukan modifikasi gaya penulisan dan bahasanya agar tidak terlalu “rigid”. Karena pembaca buku itu bervariasi latar belakang baik minat, pengetahuan, maupun tujuan membacanya. Tujuan utamanya adalah menampilkan tulisan yang “ramah” bagi pembaca yang beragam tadi.

Hal pertama yang dimodifikasi adalah judul. Mengapa demikian? Karena judul buku adalah salah satu daya tarik pembaca untuk membaca tulisan tersebut, bahkan membelinya. Selanjutnya modifikasi Bab I yaitu pendahuluan.  Modifikasi Bab I ini tidak wajib, tergantung dari gaya penulis dalam menarik pembacanya. Fokusnya adalah latar belakangnya.

Modifikasi Bab II sekali lagi dengan tujuan menampilkan tulisan menjadi enak dibaca. Kemudian perubahan Bab III itu ada tiga model. Yang pertama menghilangkan  sama sekali Bab 3, memasukkan Bab 3 ke Bab 2 atau menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan. Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN, maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan

Bab IV yang merupakan isi buku dimodifikasi  sesuai konteks buku.  Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung.

Modifikasi Bab V judulnya yaitu penutup yang berisi tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian.

Modifikasi lampiran yaitu dengan instrumen penelitian atau data matang yang mendukung.  Selesai sudah perubahan Karya Ilmiah menjadi sebuah buku yang siap cetak dan edar. Tentu perlu ilustrasi, kurator, dan editor dan segala ubo rampenya.



Mr. Yon menyarankan untuk menghindari segala bentuk Plagiat. Hindari komplikasi yang terlalu banyak. Jangankan buku, komplikasi penyakit saja membuat kita jadi pusing.  😁

Ketiga adalah memilah dan memilih data yang akan dipublikasikan. Dilanjutkan dengan mengubah bahasanya, dan terakhir hindari kutipan berantai. 

Itulah tips dan trik cara membuat buku dari karya ilmiah. Dengan paparan tersebut, alangkah lucunya jika kita tidak melakukan kegiatan yang tertera dalam tema kali ini. Sederhana bagi yang terbiasa, sulit bagi yang tidak bertindak, dan ringan bagi yang mau mencoba. Mari kita bongkar semua dokumen karya ilmiah kita baik kategori non buku maupun buku.

.Masuk Pak Eko… Itulah celetukan yang terdengar ketika ada hal bisa membuat kita satu frekuensi.  Demikian juga penyajian materi kali ini.  Semoga bermanfaat.

 

Tabik.

Dari Penulis Menjadi Penerbit

  Judul                 :     Usaha Penerbitan Buku Resume ke       :      30 Gelombang       :      28 Tanggal            :      17 M...