Selasa, 17 Januari 2023

Ketika Kantong Doraemon Dibutuhkan

Sepanjang pagi hingga sore, saya kemarin merasakan semua berjalan seperti biasa. Tidak ada yang aneh atau pun ada kejadian menonjol. Namun berubah ketika saya sampai di rumah.  Setelah menempuh jarak sekitar 20 km dan melewati kemacetan yang biasa terjadi pada saat jam pulang kerja rasanya bahagia sudah sampai rumah berbarengan dengan kumandang suara azan maghrib.  Sengaja kupacu motor  dengan cepat agar bisa sholat maghrib di rumah.  Jangan di tiru ya๐Ÿ˜€

Seperti biasa setelah istri membuka gerbang pintu, saya parkirkan motor, lalu duduk di bangku teras sambil melepas sepatu.  Tak lupa melepas helm dan meletakkan di tempat seperti biasa.  Setelah menyimpan sepatu di rak dan helm di atasnya saya pun masuk dan membuka jaket, kemudian mengeluarkan  handphone yang ada di kantong.  Namun koq aneh, kali ini  hanya satu yang ada di jaket.  Saya masih santai, mungkin saya letakkan di meja teras. Kulangkahkan kaki ke teras dan ternyata tidak ada.  Nah detak jantung mulai meningkat nih.

Wuk..lihat HP mas Agung gak? tanyaku kepada istriku setengah gugup. " Gak Mas' , emang tadi taruh di mana?" jawab istriku yang semakin menambah kepanikan.  Akhirnya saya cari di setiap sudut rumah sambil dibantu istri. Hasilnya nihil. Panik semakin memuncak.  Waduh tidak seperti biasa HP tertinggal. baru kali ini terjadi.  Terbayang deh kecemasan yang saya rasakan. Jangan-jangan jatuh saat naik motor tadi, atau jangan-jangan diambil orang  dari ranselku. Tapi tidak mungkin lah   sebab ransel saya letakkan di depan di antara paha  saat naik motor.  

Saya memang selalu meletakkan ransel di depan saat naik motor. Hal ini karena saya pernah mengalami ransel dibuka orang saat naik motor.  Dua kali kejadian itu saya alami. Pertama di daerah kompleks Kodam Sumur Batu. Saat itu sehabis les saya pulang seperti biasa. Dan tidak merasakan keanehan. Tetapi ketika tiba di depan salah satu mal dan apartemen di daerah Cempaka Putih saya ditegur pengendara motor lain.  " Pak tasnya terbuka" katanya sambil tetap melanjutkan perjalanan. Akhirnya saya menepi dan ternyata benar  ransel dalam keadaan  terbuka, kabel charger berantakan serta buku notes dan tempat pensil sudah tidak ada di tempat semula.  Loh koq bisa , batinku. Padahal tadi saya sangat yakin sudah saya tutup rapat ritsluitingnya.  Saya naik motor juga tidak kena macet dan berjalan terus tetapi koq bisa ya tas terbuka.  

Peristiwa ke dua terjadi juga di daerah Kompleks Kodam Sumur Batu, hanya saja waktunya berbeda yaitu malam sekitar pukul 19.00.  Dan saya menyadari tas telah dibuka ketika saya naik motor kencang, tetapi ada dua pengendara motor yang mengikuti saya dengan kencang pula. Kecurigaan saya ternyata benar. jadi saat saya hendak menyalip mobil mereka memepet saya ke arah dalam sehingga saya harus berjalan pelan karena terhalang mobil di depan saya.  Rupanya modusnya seperti itu.   Jadi waspada lah ketika membawa ransel atau tas yang digendong. 

Kembali masalah ponsel yang 'hilang", akhirnya saya telepon ke teman-teman yang tinggalnya dekat sekolah. Saya kemudian memutar ulang kejadian ulang di sore itu.  Teringat ketika sedang menyetir mobil saya bolak-balik ditelepon oleh Bu RW yang juga merupakan mantan ketua komite sekolah. Beliau kebetulan baru pulang dari Pemalang untuk kondangan dan membawa sedikit oleh-oleh untuk saya yaitu manisan cerme khas Pemalang.  Setelah  selesai mengantarkan teman ke rumahnya, saya pun kembali ke sekolah. Di lapangan masih ada anak-anak yang sedang mengikuti eksul karate.  

Singkat cerita saya kemudian duduk di bangku depan sekolah sambil berbincang-bincang ringan dengan Bu RW sekaligus mengawasi anak-anak ekskul.  Saking asyiknya kami ngobrol ternyata waktu sudah menunjukkan waktu pukul 17.36. Saya pamitan ingin cepat pulang karena malamnya saya akan ikut pembelajaran ke 4 KBMN. Karena kalau pulang kemalaman saya bakal terkena macet yang lebih parah. Nah di sinilah rupanya ponsel saya ketinggalan. Teringat selama ngobrol itu ada beberapa telepon yang masuk.  Jadi ponsel saya keluarkan dari saku celana. Setelah Bu RW pulang saya  pun bergegas memacu motor saya menuju rumah.  Akibat fokus harus cepat sampai rumah itulah saya jadi terlupa akan keberadaan ponsel.

Akhirnya setelah lelah mencari ke mana- mana tidak ketemu saya mencoba menghubungi teman guru yang tinggal dekat sekolah.  Tetapi karena waktu maghrib, semua tidak ada yang mengangkat telepon.  Gelisahku semakin memuncak. Istri pun ikut panik.  Kemudian dia mencoba menghubungi ponsel takut-takut jatuh di rumah. Telepon pertama tidak ada bunyi terdengar. Waduh  ponsel pasti  hilang deh batinku . Dicoba lagi untuk yang kedua kali, kali ini teleponnya diangkat. Terdengar suara lamat-lamat penjaga sekolah menjawab  "Ya Mbak ini dengan siapa?'  Segera saya rebut ponsel istri sambil menyapa Mas Syarif.  Dia bertanya "Pak Agung di mana sekarang?"  Saya jawab "Di rumah Mas".   "Lah bukannya tadi baru duduk -duduk di depan sekolah.  Cepat amat sampai rumah", balasnya. Saya hanya senyum simpul.  Teman-teman saya di sekolah memang memberi julukan saya Valentino Sembodo.  ๐Ÿ˜€

Plong sudah ...ternyata ponsel tertinggal di sekolah.  Tetapi yang menjadi masalah adalah ponsel tersebut ada grup KBMN 28 dan hari ini adalah pertemuan sesi ke 4.  Dan waktu tinggal 17 menit lagi mau dimulai.  Kegelisahan itu tetap ada.  Melihat saya yang masih tidak nyaman, istri lalu meminta saya untuk mandi dan sholat maghrib dulu supaya lebih tenang. 

Kegelisahan saya tak kunjung sirna, karena ada tugas di KBMN 28 ini. Istri pun iba melihat saya dan pasti memahami perasaan saya. Dia tahu sekali tipikal saya. Saya pasti tidak bisa tidur ketika ada tugas yang belum terselesaikan.  Rupanya istri tidak tega, dengan berat hati sambil berpesan agar saya berhati-hati, ia pun mengizinkan saya untuk kembali ke sekolah.  "Mas kan macet tidak usah buru-buru ya", jaga kesehatan jantungmu" begitu pesan istriku.  Saya pun mengiyakan saja yang penting diperbolehkan untuk  mengambil ponsel   

Dengan semangat akhirnya kembali kupacu motor gambotku.  Saya tidak sabar ketika di depan motor atau mobil berjalan pelan-pelan.  Ingin kuklakson semua mobil dan motor yang berjalan pelan agar minggir.  Tapi itu tidak kulakukan karena akan menimbulkan keributan sesama pengendara. Dan yang paling menyiksa adalah saat menunggu di lampu merah.  Saat itu teringat film hollywood yang menjadi hacker lampu lalu lintas yang bisa mengubah nyala lampu sesuka hatinya.  Ingin sekali membutuhkan jasanya saat ini.  Atau kantongnya Doraemon agar saya dapat menembus pintu waktu. ๐Ÿ˜€

Setelah meliuk-liuk di sela-sela mobil yang antri di kepadatan lalu lintas akhirnya saya sampai di sekolah. Ternyata ponsel saya  tertinggal di bangku depan sekolah dan ditemukan oleh Simpay Chaidir yang kemudian dititipkan ke Mas Syarif.   Terima kasih Simpay, semoga Allah membalas semua kebaikan Anda. Oshhhh.

Di sekolah ternyata bertemu dengan teman saya yang baru saja dimutasi yaitu Bu Dewi. Saya mohon maaf ke beliau karena saya harus buru-buru kembali ke rumah untuk mengikuti Kelas Belajar Menulis Nusantara  28 ini. dan seperti perjalanan tadi, saya pun kembali menikmati "nikmatnya kemacetan" malam itu.  Dan alhamdulilah tepat pukul 20.07 saya sampai rumah dan segera membuka pesan WA. Wah sudah ratusan pesan WA yang belum saya baca.  
 

Dengan masih menerima nasehat istri yang tetap melayani saya mengambilkan minum air putih dan kudapan seadanya , saya mulai membuka laptop di kamar sambil membuat resume ke 4 KBMN. Akibat "tragedi" tadi, semua materi yang saya baca sebagai bekal menulis di resume ini hilang berceceran di sepanjang jalan Bekasi sampai Kemayoran dan sebaliknya.   Akan tetapi dengan bekal niat yang kuat akhirnya saya pun membuat resume yang mudah-mudah berkenan di hati para nara sumber dan senior yang hebat dan teruji kemampuan menulisnya.

Ada berkah dari semua itu. Teringat ucapan Omjay.. menulislah setiap hari. Kebetulan kemarin saya tidak punya ide yang  untuk dijadikan bahan tulisan.  Dan Kejadian ini pun cocok untuk dijadikan tulisanku hari ini. Terima kasih juga ke Pak Dail yang membuat grup The Power Of Writing Every Day.  



13 komentar:

  1. Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir....salam Literasi

      Hapus
  2. Seru ya pak bisa mendokumentasikan kedalam sebuah tulisan. kBMN asuhan om jay memang cakepp...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Bu Yandri....saya termotivasi menulis karena mantra Omjayb

      Hapus
  3. Nanti klau ketemu kantonh doraemon yandri mau titip dorayaki ya pak..

    BalasHapus
  4. Kata Omjai menulislah setiap hari lalu lihatlah apa yang terajadi...Pak Agung larinya lebih cepat dari pada hembusan angin...ahirnya tinta belum kering tulisannya panjang ngalirr..Salam Literasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru belajar Bunda...terima kasih apresiasinya. Salam sukses

      Hapus
  5. waw...keren pak..sudah daftar di kompasiana ngga..tulisan bapak pasti banyak peminat

    BalasHapus
  6. Keren pak Agung... Tetap semangat...!

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan

Dari Penulis Menjadi Penerbit

  Judul                 :     Usaha Penerbitan Buku Resume ke       :      30 Gelombang       :      28 Tanggal            :      17 M...