Persawahan Bulak Perwira/ Dokpri |
Kemarin sore saya melalui Jalan Bulak Perwira untuk entah yang ke berapa kali ketika hendak ke sebuah toko obat guna membeli bedak tabur sebagai obat biang keringat. Persis di samping Pasar Perwira membentang sawah menghijau. Tampak subur karena terlihat dari rumpun padi yang tumbuh dengan banyak batangnya. Seperti permadani hijau yang luas membentang. Rasanya teduh dan tenteram ketika memandangnya.
Terbayang betapa bahagianya petani yang menanamnya. Betapa tidak bahagia, mereka tidak perlu bersusah payah untuk menjaga agar rumpun padinya tumbuh dengan suburnya. Mereka tidak perlu menyemprotkan obat anti hama, menyediakan jebakan atau racun tikus. Tentu dengan tanaman yang demikian terbayang sudah hasil yang akan diperoleh saat panen nanti. Hal berbeda terjadi ketika tahun sebelumnya di mana tanaman mereka diserang hama yaitu tikus. Tampak tanaman tumbuh tidak merata karena banyak rumpun padi yang dimakan oleh tikus.
Dibalik rasa kagum dan takjub dengan kondisi tersebut, timbul dalam hati pertanyaan yang menggoda pikiran. Bagaimana kualitas hasil panen padinya? Karena sumber pengairan sawah tersebut berasal aliran irigasi yang melalui kompleks perumahan. Dan sudah dapat dipastikan bahwa perumahan di sekitarnya akan mengalirkan air limbah rumah tangganya melalui saluran irigasi tersebut. Tentu akan ada residu yang terbawa dalam aliran air tersebut yang kemudian digunakan para petani untuk mengairi sawahnya. Apakah unsur residunya tidak terbawa dalam padi yang dihasilkan? Tentu dibutuhkan sebuah penelitian khusus untuk membuktikan itu semua.
Hal lain yang menjadi pertanyaan saya adalah akan bertahan sampai kapan sawah ini akan tetap menjadi lahan persawahan. Sementara kebutuhan akan lahan untuk hunian semakin besar. Apakah pemilik lahan persawahan tidak tergoda untuk menjual lahannya karena mungkin terdesak kebutuhan ekonomi? Apakah pemilik lahan masih mampu bertahan di tengah godaan dan tawaran dari orang-orang yang membutuhkan lahan untuk membangun hunian mereka? Karena laju pertumbuhan penduduk berbanding dengan jumlah kebutuhan lahan untuk tempat tinggal. Hanya waktu yang mampu menjawabnya.
Keren tulisannya Pak..
BalasHapusTerima kasih
HapusLahan sawah semakin menyempit, sementara lonjakan jumlah penduduk sangat tajam dan kebutuhan bahan pangan pun semakin meningkat. Harus ada solusi untuk ketersediaan bahan makanan pokok ini kedepannya. Kisahnya keren, sedang terjadi hampir di tiap daerah...
BalasHapusTerima kasih Pak Yon
HapusBegitulah kenyataannya, tak adakah regulasi demi pertahankan lahan pertanian?
BalasHapusTampaknya tidak ada Pak...sepengetahuan saya hanya ada koefisien ruang terbuka hijau . Terima kasih sudah mampir
Hapus