Memasuki tantangan hari kedua menulis setiap hari dalam program Februari Ceria yang digagas oleh Founder Kelas Belajar Menulis Nusantara terasa semakin mendebarkan. Pada saat bersamaan sedang ada monitoring dan evaluasi Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Operasional Pendidikan di Suku Dinas Pendidikan Jakarta Pusat Wilayah 2. Sambil menunggu antrean, akhirnya saya mulai memanfaatkan waktu yang ada untuk menulis. Ketika sedang asyik menulis, muncullah seorang kawan guru yang telah lulus guru penggerak angkatan 5. Beliau memberikan pengalamannya selama mengikuti kegiatan tersebut.
Pak Rijal nama
panggilannya, memberikan tips agar lolos dalam menulis esai agar tidak dituduh
plagiatisme. Beliau bercerita bahwa ada peserta yang gugur karena mengunggah tulisan
dari CGP angkatan sebelumnya. “Mereka
canggih ya, sampai tahu bahwa tulisan itu merupakan plagiat” sambungnya. Saya
pun kemudian berbagi informasi bagaimana kita bisa mengetahui bahwa tulisan
kita itu plagiat atau bukan. Saya ambil laptop untuk membuktikan apakah tulisan
kita merupakan plagiat atau bukan. “Owh begitu,
ya”, celetuknya.
Teknologi memang
memberikan berbagai kemudahan, salah satunya mengcopy paste tulisan orang untuk
diklaim sebagai tulisan sendiri. Sedang asyik memperbincangkan plagiatisme, tiba-tiba
ada pesan di aplikasi Whatsapp berisi surat pemberitahuan dari Kasudin
Jakarta Pusat tentang penciptaan keramahtamahan sekolah (hospitality),
kenyamanan peserta didik, penanaman nilai nasionalisme, melalui
budaya/pembiasaan mengumandangkan lagu-lagu kebangsaan, nasional maupun daerah,
dan lingkungan belajar yang menyenangkan (learning environment). Dengan
pemberitahuan ini, maka sekolah diharapkan melakukan tindakan yang akan diukur
dan dievaluasi secara berkelanjutan.
Kegiatan 5 S |
Tanggapan saya terhadap surat tersebut adalah menyepakati isi dan tujuan yang akan dicapai. Surat ini adalah sarana mengingatkan dan menguatkan kembali pembiasaan yang sudah berjalan di sekolah kami. Seperti kegiatan 5 S yaitu senyum, sapa, salam dan sopan santun. Menyanyikan lagu nasional dan pembiasaan keagamaan. Alhamdulillah sekolah kami telah menerapkan kegiatan 5 S sebelum pandemi. Dan terhenti karena adanya pandemi. Kegiatan mulai kembali ketika terjadi pertemuan tatap muka 50%, karena kita harus memandu dan memantau peserta didik dalam pelaksanaan protokol kesehatan. Apalagi sekarang sudah 100% kegiatan tatap muka, otomatis kegiatan tersebut kembali diaktifkan.
Berdasarkan
pengalaman melaksanakan 5 S di pintu gerbang, ada perubahan signifikan terhadap
waktu kehadiran peserta didik. Ternyata
orang tua/ wali murid yang biasanya mengantarkan anaknya terlambat, merasa malu jika anak-anak mereka
terlambat. Akibatnya jumlah peserta didik yang datang terlambat mulai
berkurang. Manfaat yang lain terjadi hubungan emosional yang lebih dekat dengan
peserta didik dari semua kelas, bukan hanya peserta didik di kelasnya saja. Saya
guru kelas 4 tetapi mampu mengenali siswa kelas 1 sampai kelas 6.
Dengan senyum
sapa salam, peserta didik merasa dihargai. Jadi ketika dari rumah mereka ada
yang dibangunkan susah pada awalnya, kini mereka berubah menjadi semangat
berangkat pagi hari. Memang tidak
semuanya bisa berubah dengan cepat, tetapi seiring waktu berjalan, peningkatan
semangat berangkat ke sekolah semakin terlihat hasilnya.
Peningkatan rasa
nasionalisme juga terjadi ketika kita memperkenalkan lagu-lagu nasional.
Setidak dari lagu ini kita bisa menitipkan pesan oral agar kita semakin
mencintai budaya dan bangsa kita sendiri.
Bentuk pembiasaan itu adalah kita selalu mengawali dengan berdoa,
menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian literasi selama 10 menit, dan
kegiatan keagamaan seperti membaca surat -surat pendek di Juz’amma.
Perubahan cukup
signifikan diperoleh ketika kita memperkenalkan lagu-lagu nasional. Hal ini
terbukti saat upacara hari Senin lagu yang dinyanyikan bukan lagu itu-itu
saja. Ada rasa bangga juga terhadap
kekayaan lagu-lagu nasional. Selain untuk mengurangi anak-anak menyanyikan lagu orang dewasa baik dalam maupun luar
negeri, tujuan lain adalah menambah khasanah budaya bangsa mereka.
Ada yang berbeda
dalam surat pemberitahuan Kasudin kali ini, karena ada rubrik penilaian
kegiatan tersebut. Untuk salam hangat di
gerbang dilakukan kegiatan penerimaan tamu (welcoming guset)¸Ucapan salam
(greeting), kerapian an kebersihan (grooming)¸ penampilan (appearance),
evaluasi kepuasaan pelanggan (customer Satisfaction Form).
Sedangkan untuk
menumbuhkan arsa nasionalisme diberikan kisi-kisi yaitu pukul 06.00 – 06.30
pemutaran lagu-lagu nasional, 06.30 – 06.40 kerohanian, 06.40 – 07.55 literasi,
06.55 – 07.00 menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, istirahat pertama
diperdengarkan lgu-lagu nasional, istirahat kedua diperdengarkan lagu-lagu
daerah.
Itulah langkah
yang ditempuh oleh Suku Dinas Pendidikan Jakarta Pusat Wilayah 2 yang
diwujudkan dalam program pembiasaan di sekolah yang berada di bawah
binaannya. Upaya ini menjadi sebuah
terobosan agar nilai-nilai kebangsaan kita tidak luntur oleh perkembangan dan
kemajuan zaman.
Program terakhir
adalah penciptaan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. yaitu
mendesain teras kelas, mendesain ulang ruang kelas, mendesain ulang ruang dan
halaman yang ada di sekolah. Serta merapikan tampilan luar ruang agar terasa
sejuk, mudah, dan nyaman dijadikan tempat belajar.
Dan obrolan
santai kami terhenti ketika nama sekoah kami dipanggil oleh tim monev Sudin. Ketika
itu waktu menunjukkan pukul 19.05 WIB. Sebuah obrolan ringan namun berbobot. Semoga
program ini bukan hanya sekedar tulisan di atas kertas putih tanpa memberikan
makna yang mendalam baik bagi seluruh komunitas sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan