Jumat, 03 Februari 2023

Menuju Tercapainya Budaya Sekolah Ramah dan Menyenangkan

Memasuki tantangan hari kedua menulis setiap hari dalam program Februari Ceria yang digagas oleh Founder Kelas Belajar Menulis Nusantara terasa semakin mendebarkan.  Pada saat bersamaan sedang ada monitoring dan evaluasi Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Operasional Pendidikan di Suku Dinas Pendidikan Jakarta Pusat Wilayah 2. Sambil menunggu antrean, akhirnya saya mulai memanfaatkan waktu yang ada untuk menulis.  Ketika sedang asyik menulis, muncullah seorang kawan guru yang telah lulus guru penggerak angkatan 5.  Beliau memberikan pengalamannya selama mengikuti kegiatan tersebut.

Pak Rijal nama panggilannya, memberikan tips agar lolos dalam menulis esai agar tidak dituduh plagiatisme. Beliau bercerita bahwa ada peserta yang gugur karena mengunggah tulisan dari CGP angkatan sebelumnya.  “Mereka canggih ya, sampai tahu bahwa tulisan itu merupakan plagiat” sambungnya. Saya pun kemudian berbagi informasi bagaimana kita bisa mengetahui bahwa tulisan kita itu plagiat atau bukan. Saya ambil laptop untuk membuktikan apakah tulisan kita merupakan plagiat atau bukan.  “Owh begitu, ya”, celetuknya.

Teknologi memang memberikan berbagai kemudahan, salah satunya mengcopy paste tulisan orang untuk diklaim sebagai tulisan sendiri. Sedang asyik memperbincangkan plagiatisme, tiba-tiba ada pesan di aplikasi Whatsapp berisi surat pemberitahuan dari Kasudin Jakarta Pusat tentang penciptaan keramahtamahan sekolah (hospitality), kenyamanan peserta didik, penanaman nilai nasionalisme, melalui budaya/pembiasaan mengumandangkan lagu-lagu kebangsaan, nasional maupun daerah, dan lingkungan belajar yang menyenangkan (learning environment). Dengan pemberitahuan ini, maka sekolah diharapkan melakukan tindakan yang akan diukur dan dievaluasi secara berkelanjutan.

Kegiatan 5 S

Tanggapan saya terhadap surat tersebut adalah menyepakati isi dan tujuan yang akan dicapai.  Surat ini adalah sarana mengingatkan dan menguatkan kembali pembiasaan yang sudah berjalan di sekolah kami.  Seperti kegiatan 5 S yaitu senyum, sapa, salam dan sopan santun.  Menyanyikan lagu nasional dan pembiasaan keagamaan.  Alhamdulillah sekolah kami telah menerapkan kegiatan 5 S sebelum pandemi. Dan terhenti karena adanya pandemi. Kegiatan mulai kembali ketika terjadi pertemuan tatap muka 50%, karena kita harus memandu dan memantau peserta didik dalam pelaksanaan protokol kesehatan.  Apalagi sekarang sudah 100% kegiatan tatap muka, otomatis kegiatan tersebut kembali diaktifkan.

Berdasarkan pengalaman melaksanakan 5 S di pintu gerbang, ada perubahan signifikan terhadap waktu kehadiran peserta didik.  Ternyata orang tua/ wali murid yang biasanya mengantarkan anaknya  terlambat, merasa malu jika anak-anak mereka terlambat. Akibatnya jumlah peserta didik yang datang terlambat mulai berkurang. Manfaat yang lain terjadi hubungan emosional yang lebih dekat dengan peserta didik dari semua kelas, bukan hanya peserta didik di kelasnya saja. Saya guru kelas 4 tetapi mampu mengenali siswa kelas 1 sampai kelas 6.

Dengan senyum sapa salam, peserta didik merasa dihargai. Jadi ketika dari rumah mereka ada yang dibangunkan susah pada awalnya, kini mereka berubah menjadi semangat berangkat pagi hari.  Memang tidak semuanya bisa berubah dengan cepat, tetapi seiring waktu berjalan, peningkatan semangat berangkat ke sekolah semakin terlihat hasilnya.

Peningkatan rasa nasionalisme juga terjadi ketika kita memperkenalkan lagu-lagu nasional. Setidak dari lagu ini kita bisa menitipkan pesan oral agar kita semakin mencintai budaya dan bangsa kita sendiri.  Bentuk pembiasaan itu adalah kita selalu mengawali dengan berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian literasi selama 10 menit, dan kegiatan keagamaan seperti membaca surat -surat pendek di Juz’amma.

Perubahan cukup signifikan diperoleh ketika kita memperkenalkan lagu-lagu nasional. Hal ini terbukti saat upacara hari Senin lagu yang dinyanyikan bukan lagu itu-itu saja.  Ada rasa bangga juga terhadap kekayaan lagu-lagu nasional. Selain untuk mengurangi anak-anak menyanyikan  lagu orang dewasa baik dalam maupun luar negeri, tujuan lain adalah menambah khasanah budaya bangsa mereka.

Ada yang berbeda dalam surat pemberitahuan Kasudin kali ini, karena ada rubrik penilaian kegiatan tersebut.  Untuk salam hangat di gerbang dilakukan kegiatan penerimaan tamu (welcoming guset)¸Ucapan salam (greeting), kerapian an kebersihan (grooming)¸ penampilan (appearance), evaluasi kepuasaan pelanggan (customer Satisfaction Form).

Sedangkan untuk menumbuhkan arsa nasionalisme diberikan kisi-kisi yaitu pukul 06.00 – 06.30 pemutaran lagu-lagu nasional, 06.30 – 06.40 kerohanian, 06.40 – 07.55 literasi, 06.55 – 07.00 menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, istirahat pertama diperdengarkan lgu-lagu nasional, istirahat kedua diperdengarkan lagu-lagu daerah.

Itulah langkah yang ditempuh oleh Suku Dinas Pendidikan Jakarta Pusat Wilayah 2 yang diwujudkan dalam program pembiasaan di sekolah yang berada di bawah binaannya.  Upaya ini menjadi sebuah terobosan agar nilai-nilai kebangsaan kita tidak luntur oleh perkembangan dan kemajuan zaman.

Program terakhir adalah penciptaan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. yaitu mendesain teras kelas, mendesain ulang ruang kelas, mendesain ulang ruang dan halaman yang ada di sekolah. Serta merapikan tampilan luar ruang agar terasa sejuk, mudah, dan nyaman dijadikan tempat belajar.

Dan obrolan santai kami terhenti ketika nama sekoah kami dipanggil oleh tim monev Sudin. Ketika itu waktu menunjukkan pukul 19.05 WIB.  Sebuah obrolan ringan namun berbobot. Semoga program ini bukan hanya sekedar tulisan di atas kertas putih tanpa memberikan makna yang mendalam baik bagi seluruh komunitas sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan

Dari Penulis Menjadi Penerbit

  Judul                 :     Usaha Penerbitan Buku Resume ke       :      30 Gelombang       :      28 Tanggal            :      17 M...