Minggu, 19 Februari 2023

Diksi dan Seni Bahasa

 

Judul               :            Diksi dan Seni Bahasa

Resumeke      :          18

Gelombang     :           28

Tanggal           :           17 Februari 2023

Tema              :          Diksi dan Seni Bahasa

Narasumber   :          Maydearly

Moderator     :           Widya Arema             

 

Flyer 18

Jum’at malam ini saya tidak menyimak langsung kegiatan sesi 18, karena sekolah sedang mengadakan kegiatan Perjusa. Sebuah kegiatan bagi anggota penggalang di sekolah kami, dan ini adalah peristiwa langka.  Disebut langka karena ini baru pertama kali diadakan Perjusa di halaman sekolah sejak tahun 2003. Dan malam itu saya menjadi pembina dalam upacara api unggun yang dilanjutkan pentas seni budaya. 

 Materi dalam KBMN sesi 18 adalah Diksi dan Seni Budaya yang dibawakan oleh Ibu Maydearly, seorang guru di SMPN 1 Lebakgedong, Lebak Banten. Beliau juga seorang  kurator, editor, blogger, dan motivator.  Profesi yang demikian menunjukkan bahwa beliau seorang aktivis sejati.  Adapun karyanya antara lain 10 Buku Antologi, 2 Buku Kurator "Jejak Pena Pengembara Aksara" dan "Kisah Para Pendaki Mimpi".  Buku solonya yaitu "Episode 1 Januari 2022 Dalam Kenangan" dan "Catatan Inspiratif".

Dengan moderator Bu Widya yang mengawali dengan puisi “Sahabat”, merupakan puisi akrostik yang banyak menggunakan pilihan kata yang menawan.

Sebagaimana pada umumnya, materi dibuka dengan teori yaitu pengertian diksi. Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Menurut narasumber, menulis sangat mudah semudah mengaduk gula ke dalam kopi. Disarankan agar menggunakan semua panca indera.



  1. Sense of touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya. memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
  2. Sense of smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
  3. Sense of taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indera perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah. 
  4. Sense of sight adalah menulis dengan melibatkan indera penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.
  5. Sense of hearing adalahmenulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.

Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.



Demikian materi malam ini, sebuah sumber baru bagaimana cara menentukan pilihan kata agar menjadi suara yang menggetarkan sukma, menggerakkan asa untuk berbuat, menggulirkan pikiran menjelma melalui aksara bermakna.

Agar dapat menambah kemampuan dalam memilih kata, tentu jalan lain adalah membaca, membaca dan membaca. Dan yang perlu diingat, bahwa diksi itu tidak hanya untuk puisi, tetapi setiap tulisan yang kita buat. Juga ketika kita berbicara.

 

 

1 komentar:

Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan

Dari Penulis Menjadi Penerbit

  Judul                 :     Usaha Penerbitan Buku Resume ke       :      30 Gelombang       :      28 Tanggal            :      17 M...